Hai-hai
Setelah berkutat sekian lama dengan Facebook, saya merasa makin bingung dan mbingungi, tetapi ada satu hal yang sudah saya identifikasikan sejak lama; status teman-teman saya di Facebook. Tidak banyak kategori, kok...hanya tiga: bahagia, sedih, dan biasa saja. (Ini yang membuat saya jarang berkomentar)
Kategori "biasa saja" itu saat orang tertentu punya pola/ jenis status yang begitu-begitu saja.
Si A curhat tentang kerjaan tiap hari, si B ngamuk-ngamuk kepada dunia, si C cinta-cintaan mulu, si D cerita tentang kehidupan rumah tangga sehari-hari, si E suka yang religius, si F ngomongin politik, si G sukanya pamer kekayaan. Selama mereka masih mengikuti pola-pola tersebut, then menurut saya mereka berada dalam zona aman masing-masing. Lha wong mereka baik-baik saja, kok...buat apa dikomentari? Kalau ada pola yang berubah, misalnya teman yang biasanya ngomong tentang bunuh diri kok tiba-tiba diam, nah itu harus direspon (telat, ya?). Ck.
Kategori "bahagia". Nah, ini favorit saya. Paling senang kalau ada yang punya anak, nikah, dapat beasiswa, bisa publikasi, dll. Akan banyak yang memberi selamat kepada mereka dan entah kenapa, saya merasa satu ucapan dari saya tidak akan membuat perbedaan apapun. They are already happy on their own. Karya seorang peneliti dipublikasikan? ah..dia bisa berjalan dengan baju basah klebus tanpa menyadari kalau sedang hujan. So, saya memutuskan untuk tidak berkomentar karena berkomentar atau tidak, tak ada efeknya.
Kategori "sedih". Hummm...ini jelas, kan ya? patah hati, orang terdekat sakit atau meninggal, gak lulus, gak diterima kerja, so on. Saya jarang berkomentar terhadap status semacam ini karena saya bingung. Bingung mau berkata apa dan merasa bahwa kata-kata tidaklah cukup. Saya tahu bahwa kata-kata yang menenangkan bisa membantu orang lain mengatasi kesedihan, tapi itu tidak berlaku untuk saya. "I'm sorry to hear that", "saya ikut berduka cita", "my condolences"...saat saya sedang sedih, those words are useless, bullshit even. Apalagi jika kata-kata itu datang dari orang yang tidak mengenal saya. Setulus apapun kata-kata dan well wishes mereka, tetap terasa seperti omong kosong. Dalamnya kesedihan orang itu berbeda-beda dan saya merasa tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkannya. Saat di FB, saya menerapkan standar ini kepada orang lain sehingga saya tidak berkomentar di status-status yang sedih, tapi saya selalu berdoa untuk mereka jika Tuhan mengijinkan.
Sekarang mendung,
Nidya
Sunday, 11 November 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment