V
Bajingan dan Penjahat
"Seseorang bisa ada dalam hidupmu bukan hanya karena mereka datang, tetapi juga karena kau memperbolehkan mereka masuk, " satu kalimat yang dikatakannya setelah bermingu-minggu terapi."Jadi, aku yang memilih memasukkan para bajingan dan penjahat itu?"
"Yah, setidaknya kamu yang membiarkan mereka menyakitimu."
"Cih..."
Tiga puluh lima tahun hidup di dunia dan sudah bertemu segala macam bajingan. Pemerkosa, pengkhianat, pengecut, dan pembohong. Satu laki-laki baik yang kukenal sayangnya sudah berumur setengah abad, agak gila, Cina, dan berbeda agama. Satu-satunya laki-laki dalam hidupku yang pernah berkata, "jika ada yang mengajakmu tidur bersama sebelum menikah, larilah. Dia tidak sungguh-sungguh mencintaimu." Kata-katanya itu, bukan kata-kata dari orang tua atau saudaraku, yang membuatku tetap bertahan untuk tidak menjual diri di pinggir pasar atau di selasar kampus. Aku menyayangimu, Pak Tua. Sungguh. Aku berharap suatu saat, ada perempuan yang bisa melihat menembus semua kegilaan, kebodohan, dan idealisme mu yang berlebihan.
---
Aku bertemu Bajingan 1 saat SMA walaupun aku tahu kecenderunganku "menjual murah diri sendiri" sudah mulai terlihat jauh sebelumnya. Mungkin SMA adalah saat yang tepat untuk melepas keperawanan? ada yang salah dengan penalaranku. Saat itu dan sekarang. Dia datang menjemputku di depan sekolah. Sesaat, setelah diabaikan begitu lama oleh orang tuaku, aku merasa senang diperhatikan oleh seseorang. Dicintai dan diinginkan. Tiga kali pertemuan dan dia sudah berusaha membuka semua pakaianku dan mengajakku ke tempat tidur. Dia membawaku ke salah satu tempat paling mesum di Jogja, Kaliurang. Aku membiarkannya melakukan apapun yang dia mau kecuali satu hal, mengambil keperawananku. Kata-kata Pak Tua itu masih terdengar di telingaku, "dia tidak sungguh-sungguh mencintaimu." Dia selalu benar, si Pak Tua itu. Satu kali penolakan dariku sudah cukup untuk membuat Bajingan 1 pergi dan tidak pernah mencariku lagi. Bajingan memang.
---
Bajingan 2 adalah ayah dua anak yang dengan pengecutnya menyalahkanku atas semuanya. Dia datang dan pergi, keluar masuk dari hidupku dan aku membiarkannya. Dia tidak menarik, jauh dari tampan, jatuh di skala 4 dari 10 dengan kekurangan terbesar 'pengecut'. Kenapa aku bahkan meliriknya? Kenapa aku masih memirkannya? Pada suatu hari, orang-orang akan menaruh fotoku di sebelah kata 'bodoh' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
0 comments:
Post a Comment